Belajar Cerdas dalam Dakwah Digital Bersama Ustadz Imam Nawawi di Masjid Al-Barokah
Jakarta (16/10/2025) – Kajian rutin Masjid Al-Barokah WIKA kembali digelar pada Kamis siang ini. Kali ini, jamaah
mendapat kesempatan belajar bersama Ustadz Imam Nawawi, M.Pd. dengan
tema “Cerdas dalam Dakwah Digital”.
Dalam kajiannya, Ustadz Imam Nawawi menjelaskan bahwa dunia
digital hari ini telah membentuk watak baru pada masyarakat. Kepribadian yang
berorientasi pada hasil dan konsumsi semakin menguat. Parahnya, konten bermutu
rendah menjadi penyebab brain rot semakin meningkat. Karena itu, setiap
Muslim mesti sadar bahwa dakwah adalah panggilan untuk cerdas, tepatnya cerdas
dalam dakwah digital.
Cerdas, kata beliau, berarti mampu mengajak manusia kembali
pada kesadaran — sadar bahwa hidup wajib menjalankan regulasi Ilahi. Caranya
dimulai dari membaca dengan bismirabbik, bekerja di jalur yang halal,
serta mengisi waktu dengan hal-hal yang berfaedah. Langkah-langkah ini menjadi
bagian dari jalan penting yang meneguhkan identitas umat Islam Indonesia
sebagai umat yang progresif dan beradab.
Pengaruh dan Peluang Dunia Digital
Dunia digital bukan sekadar alam baru. Kehadirannya sangat
berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup, cara berpikir, interaksi, bahkan
cara berutang. Dahulu orang harus mencari teman yang kaya, kini cukup membuka
aplikasi. Saking mudahnya, tak sedikit yang akhirnya tenggelam dalam pinjaman
online.
Sebuah media online mengabarkan bahwa ada 1.081 orang
terjerat pinjaman online dalam waktu tiga bulan, dengan mayoritas korban
adalah perempuan. Cara utangnya melalui dunia maya, namun bebannya langsung
terasa di dunia nyata.
Meski begitu, dunia digital juga membuka peluang besar untuk
kebaikan, terutama dalam hal dakwah. Dahulu, yang bisa berdakwah hanya para
dai, ustaz, atau ulama. Kini, siapa pun Muslim bisa ikut berdakwah, karena
hakikat dakwah adalah mengajak kepada Allah.
Caranya kini lebih variatif — bisa melalui video, meme, atau
cerita singkat. Yang penting, cara mengemas pesan dakwah harus benar-benar baik
dan efektif. Misalnya, saat akhir pekan bersama keluarga, foto yang diunggah ke
media sosial jangan hanya menonjolkan kebahagiaan berlibur, tetapi tonjolkan
bahwa liburan itu nikmat Allah. Dengan begitu, orang yang melihat status akan
sadar bahwa semua kebahagiaan sejatinya adalah karunia Allah. Tugas seorang
Muslim adalah bekerja dengan sungguh-sungguh dan menyayangi keluarga dengan
bukti nyata.
Strategi Cerdas Dakwah Digital: Tiga Pendekatan
Lalu bagaimana cara cerdas berdakwah yang aplikatif di
Facebook, Instagram, atau YouTube? Mengadopsi pandangan para ahli dakwah,
strategi yang efektif harus menyentuh tiga pendekatan utama: Rasional
(Aqli), Emosional (Qalbi), dan Praktis (Hissi).
Pendekatan Rasional (Aqli) menekankan konten dakwah
yang logis dan argumentatif. Misalnya, membuat video singkat (di bawah 10
menit) di YouTube yang membahas isu-isu aktual dari sudut pandang Islam secara
sistematis, lengkap dengan data dan dalil.
Pendekatan Emosional (Qalbi) menekankan koneksi
personal dengan audiens. Di Instagram atau Facebook, fitur story atau reels
bisa digunakan untuk berbagi refleksi harian atau kisah inspiratif yang relevan
dengan masalah sehari-hari. Tujuannya agar audiens merasa dakwah itu dekat, bukan
sekadar teori.
Pendekatan Praktis (Hissi) memastikan dakwah
aplikatif di kehidupan nyata. Misalnya, membuat challenge kebaikan seperti
bersedekah atau membersihkan lingkungan, dan mengajak audiens mengunggah
hasilnya. Bisa juga melalui infografis tentang cara mengatur keuangan syariah
atau tips menjaga kesehatan mental Islami.
Dakwah digital adalah peluang emas. Siapa pun Muslim bisa
berdakwah. Kuncinya ada pada niat yang tulus, konsistensi pesan, dan yang
terpenting: cerdas dalam strategi.
0 Komentar