María Corina Machado Pendukung Zionis, Peraih Nobel Perdamaian
NESTREF – María Corina Machado, tokoh oposisi Venezuela pendukung Zionis, resmi menerima Nobel Perdamaian 2025. Penghargaan ini diberikan atas upayanya mempromosikan demokrasi dan hak asasi manusia di Venezuela, yang selama bertahun-tahun dilanda krisis politik dan kemanusiaan.
Namun, langkah Komite Nobel Norwegia ini langsung menimbulkan kontroversi internasional. Kritik datang dari berbagai organisasi hak asasi manusia, termasuk yang berbasis di Amerika Serikat, karena dukungan Machado terhadap Israel, terutama sikapnya terkait konflik Israel-Hamas. Sejumlah pihak bahkan mengajukan tuntutan hukum terhadapnya.
“Kami menilai penghargaan ini tidak pantas diberikan kepada seseorang yang secara terang-terangan mendukung kebijakan Israel yang kontroversial dalam konflik regional,” kata juru bicara salah satu organisasi hak asasi.
Lebih tajam lagi, keterlibatan Machado dalam konferensi kelompok politik kanan ekstrem di Eropa dan hubungannya dengan Partai Likud Israel menimbulkan pertanyaan serius mengenai konsistensi moral pemberian Nobel Perdamaian.
Banyak pengamat menilai, penghargaan ini dapat menimbulkan persepsi bahwa dukungan terhadap satu pihak dalam konflik internasional dapat menutupi prinsip perdamaian yang lebih luas.
Pemerintah Venezuela sendiri menanggapi penghargaan ini dengan skeptis. Media pro-pemerintah menggambarkan penghargaan ini sebagai bagian dari “agenda politik internasional” yang menentang kepemimpinan negara.
Di sisi lain, pendukung Machado menegaskan bahwa penghargaan diberikan karena jasanya dalam memajukan demokrasi dan hak asasi manusia di Venezuela, bukan karena pandangannya terkait isu internasional.
Komite Nobel menegaskan bahwa Machado dianugerahi Nobel Perdamaian atas kontribusinya dalam mengadvokasi perubahan politik secara damai. Upacara pemberian penghargaan akan digelar pada 10 Desember 2025 di Oslo, Norwegia.
Kontroversi ini kembali menimbulkan perdebatan tentang standar moral dan politik di balik penghargaan Nobel Perdamaian, dan sejauh mana posisi penerima dalam konflik global harus menjadi pertimbangan utama.
*)Newsroom, nestref.com
0 Komentar